Beautiful Turkey |
Jika ada negara tujuan wisata yang selalu dirindui untuk dikunjungi, Turki berada di urutan pertama. Di Turki, kita akan menemukan goresan kenang yang tak akan ditemukan di negara-negara lain.
Aspek keamanan, serasa di rumah sendiri. Hampir sulit ditemukan gerombolan geng atau makhluk menganggur di Turki. Cobalah jalan-jalan ke tempat paling dalam sekalipun. Semisal kereta bawah laut. Kita tidak menemukan sosok preman yang sangat mudah ditemukan di bandara Soetta di Jakarta.
Aspek keamanan, serasa di rumah sendiri. Hampir sulit ditemukan gerombolan geng atau makhluk menganggur di Turki. Cobalah jalan-jalan ke tempat paling dalam sekalipun. Semisal kereta bawah laut. Kita tidak menemukan sosok preman yang sangat mudah ditemukan di bandara Soetta di Jakarta.
Jangan lupa, cobalah seluruh moda transportasi darat di Turki. Kaum wanita dan Manula mendapat porsi penghormatan tersendiri di public transport. Wanita atau pria muda yang tampilannya "glamor" ataupun "urakan", akan mudah memberikan tempat duduk kepada wanita atau manula.
Coba nikmati hidangan Turki. Lupakan nasi ala Indonesia. Kita akan menemukan 100 % makanan halal di seluruh pelosok Turki. Bukan hanya halal. Seluruh RM atau restoran diawasi khusus oleh Dinas Kesehatan setempat.
Tentu dengan syarat dan peraturan superketa. Jangan takut keracunan, disuguhi makanan basi, atau mendapatkan harga "tembak".
Jika wisata bersama istri atau anak perempuan. Saya tidak merasakan sedikitpun kekhawatiran. Kaum wanita bebas mengenakan pakaian jenis apapun. Termasuk bercadar, jika mau. Namun tentu, wajah wanita Indonesia berada di posisi biasa dibanding wanita-wanita Turki. He he
Lebih penting dari itu. Ketika jalan-jalan ke Turki. Kita membelanjakan uang untuk muslim, oleh muslim, dari muslim. Membangkitkan ekonomi Turki. Satu-satunya negara yang memberi tempat terhormat untuk 2.000.000 (dua juta) pengungsi Syiria. Hanya Turki pula yang siaga membantu Muslim di seluruh dunia.
Lebih penting dari itu. Ketika jalan-jalan ke Turki. Kita membelanjakan uang untuk muslim, oleh muslim, dari muslim. Membangkitkan ekonomi Turki. Satu-satunya negara yang memberi tempat terhormat untuk 2.000.000 (dua juta) pengungsi Syiria. Hanya Turki pula yang siaga membantu Muslim di seluruh dunia.
Jangan lupa. Ketika kita memasuki antrian imigrasi Turki. Paspor Indonesia termasuk yang dihormati. Imigrasi tidak menaruh curiga atau menanyakan pertanyaan yang cenderung menohok dan menghinakan. Hal yang tidak akan kita temukan di negara-negara lain.
Jadi sekali lagi. Jika ada rezeki. Mari agendakan untuk berwisata ke Turki. Apalagi jika saat berwisata kita dipertemukan dengan saudagar-saudagar, grup-grup kebajikan, bahkan sosok-sosok agamis yang dinamis.
Serasa kita menjadi kaum Muhajirin yang dimuliakan kaum Anshar. Yakin itu !
Serasa kita menjadi kaum Muhajirin yang dimuliakan kaum Anshar. Yakin itu !
***
Sourch,
Oleh : Nandang Baharudin
Sekarang lagi rame tentang teror bom dan penembakan diparis atau disebut Paris Attack yang terjadi pada hari jum'at 13 november 2015, dan kembali menimbulkan sentimen negatif terhadap orang islam dengan tuduhan Teroris karena sipelaku adalah sekelompok orang anggota ISIS. Akibat lebih jauhnya Masjid-masjid yang ada dikota Paris katanya akan dilakukan penutupan guys. :(
Sentimen negatif itu memancing inisiatif seorang pria Muslim Prancis membuat aksi untuk meluruskan tuduhan negatif itu terhadap umat muslim. Dalam sebuah video yang dirilis oleh media Prancis, In The Now di Youtube, pria yang tidak diketahui namanya itu membuat sebuah aksi yang diberi judul "Peluk saya jika Anda percaya pada saya".
Pria tersebut melakukan aksinya di depan le Republice yang berada di pusat kota Paris. Sembari menutup matanya dengan sorban, pria itu menaruh dua buah poster yang bertuliskan "Saya Muslim dan saya bukan teroris" dan "Saya percaya Anda, apakah Anda percaya saya? Jika percaya, peluk saya."
Tanpa diduga, ternyata banyak orang yang percaya terhadap pria Muslim tersebut. Satu persatu menghampirinya, memeluk dan bahkan ada yang menangis terharu guys, ane juga berkaca-kaca nontonnya :') ah langsung aja nih tonton videonya guys.
Gimana guys sedih juga ya?
Dan diakhir aksinya pria itu mengucapkan kata-kata meyakinkan semua orang, bahwa Islam itu bukan agama teroris ;
"Saya berterima kasih kepada semua orang yang telah memeluk saya. Saya melakukan ini untuk menyampaikan pesan kepada semua orang, saya adalah seorang Muslim, tapi tidak serta merta itu menjadikan saya seorang teroris,"
"Saya ingin mengatakan kepada Anda semua, Muslim bukan berarti teroris. Teroris adalah teroris, seseorang yang memiliki niat untuk membunuh orang lain tanpa dasar apapun. Seorang Muslim tidak akan melakukan itu, agama kami melarang hal itu," sambungnya.
Masya Allah banget dakwah kreatifnya guys.
Prajurit Ottoman |
Pada tahun 1972 M, di salah satu sudut halaman Al-Masjidil Aqsha, tampaklah seorang lelaki berumur 90-an tahun yang mengenakan pakaian tentara Turki Utsmani yang sudah dipenuhi tambalan di sana sini. Ada penutup kepala khas di kepalanya. Ia berdiri di pojok situ dengan penuh gagah perkasa. Pemandangan ini menarik perhatian seorang wartawan Turki bernama Ihan Birdigji, maka ia pun mendatanginya dan mengajaknya untuk berdialog.
Dari obrolan itu, diketahuilah bahwa lelaki tua itu bernama Hasan Ugdirli, seorang tentara Turki Utsmani di zaman khilafah Utsmaniyah. Pangkat terakhir yang disandangnya adalah al’irrif yang berarti kopral, atau bahkan sersan, bergantung terjemahan yang dipergunakan dalam peristilahan sekarang.
Irrif Hasan al-Ugdirli menceritakan bahwa pada tahun 1917 M, Palestina terjatuh menjadi tanah jajahan Inggris setelah kekalahan pasukan Turki Utsmani.
Saat itu, ada 53 tentara Turki Utsmani yang menolak untuk keluar dari kota Al-Quds, mereka tetap dengan penuh tekad untuk tetap berada di Al-Quds, untuk menjaganya agar tidak terjadi kekacauan dann penjarahan jika pasukan Inggris memasuki kota suci itu.
Diantara alasan 53 prajurit itu, saat itu, adalah agar tidak ada kesan, atau citra, atau cerita bahwa:
“Negara khilafah Utsmaniyah telah membiarkan dan menelantarkan kota Al-Quds”,
“Agar Al-Masjidil Aqsha tidak menangis setelah empat abad”,
“Agar nabi Muhammad SAW tidak merasakan sakit”,
“Kami tidak ingin melihat dan menyaksikan dunia Islam tenggelam dalam duka”.
Al-‘Irrif Hasan melanjutkan ceritanya: “lalu, tahun demi tahun pun berlalu dengan begitu cepat, seperti kerdipan mata saja, satu demi satu, kawan-kawan ku meninggal dunia. Musuh tidak bisa menghabisi kami, yang bisa menghabisi kami hanyalah qadar dan kematian, dan lihatlah saya ini, al-‘irrif Hasan, saya tetap menjalankan tugasku sebagai penjaga kota Al-Quds yang mulia, sebagai penjaga Al-Masjidil Aqsha”.
Saat bercerita, kedua mata al-‘Irrif Hasan dipenuhi oleh air mata.
Lalu al-‘Irrif Hasan melanjutkan ceritanya: “Wahai anakku (maksudnya: wartawan Turki yang mewawancarainya), saat engkau nanti kembali ke Anadhol (maksudnya: Turki), pergilah ke desa Sinjak Toukat, di sana ada komandanku yang bernama an-naqib Musthafa (maksudnya: Kapten Musthofa) yang pada waktu itu menitipkan kota Al-Quds dan Al-Masjidil Aqsha kepada kami, pergilah kamu untuk menemui dia, cium kedua tangannya atas nama kami dan katakan kepadanya: “Wahai tuan kapten, al-‘irrif Hasan al-Ugdirli, kepala kelompok pemegang senjata Bren yang ke-11, Batalion 8, barisan ke-36, divisi 20, yang menjadi penjaga di Al-Masjidil Aqsha, tetap berdiri pada posisinya sebagai seorang penjaga semenjak engkau tinggalkan dan belum pernah sekalipun meninggalkan tugasnya, dan sungguh, dia sekarang memohon banyak do’a keberkahan darimu”!
Al-‘Irrif Hasan tetap bertugas menjaga Al-Masjidil Aqsha, meskipun untuk itu beliau meninggalkan tanah air dan keluarganya, hatinya dipenuhi oleh nilai-nilai keberanian, kegagahan, kehormatan dan kemuliaan yang tidak dapat diketahui nilainya kecuali oleh mereka-mereka yang mulia.
Hanya kematianlah yang dapat mengakhiri tugas beliau, di mana beliau meninggal dunia pada tahun 1982 M, dan beliau adalah petugas terakhir dari khilafah Utsmaniyah yang menjaga Al-Masjidil Aqsha dan beliau pun dikuburkan di kota Al-Quds, tempat beliau menjalankan tugas dengan penuh kesetiaan sampai akhir hayatnya.
Semoga Allah SWT merahmati al-‘Irrif Hasan dan menerima seluruh perjuangannya, serta memasukkannya ke dalam kalangan syuhada fi sabilillah, amin.
[Ust. Musyafa Ahmad Rahim, MA.]
Wali Songo Utusan Khalifah |
Bisa dikatakan tak akan ada Islam di Indonesia tanpa peran khilafah. Orang sering mengatakan bahwa Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa disebarkan oleh Walisongo. Tapi tak banyak orang tahu, siapa sebenarnya Walisongo itu? Dari mana mereka berasal? Tidak mungkin to mereka tiba-tiba ada, seolah turun dari langit?
Dalam kitab Kanzul Hum yang ditulis oleh Ibnu Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa* .
Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 6 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina .
Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem) .
Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah .
Islam masuk ke Indonesia pada abad 7M (abad 1H), jauh sebelum penjajah datang. Islam terus berkembang dan mempengaruhi situasi politik ketika itu. Berdirilah kesultanan-kesultanan Islam seperti di Sumatera setidaknya diwakili oleh institusi kesultanan Peureulak (didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun 839M), Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Palembang; Ternate, Tidore dan Bacan di Maluku (Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440); Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang dan Kutai di Kalimantan .
Adapun kesultanan di Jawa antara lain: kesultanan Demak, Pajang, Cirebon dan Banten. Di Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Sementara di Nusa Tenggara penerapan Islam di sana dilaksanakan dalam institusi kesultanan Bima. Setelah Islam berkembang dan menjelma menjadi sebuah institusi maka hukum-hukum Islam diterapkan secara menyeluruh dan sistemik dalam kesultanan-kesultanan tersebut .
Periode Dakwah Walisongo
Kita sudah mengetahui bahwa mereka adalah Maulana Malik Ibrahim ahli tata pemerintahan negara dari Turki, Maulana Ishaq dari Samarqand yang dikenal dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Ahmad Jumadil Kubra dari Mesir, Maulana Muhammad al-Maghrabi dari Maroko, Maulana Malik Israil dari Turki, Maulana Hasanuddin dari Palestina, Maulana Aliyuddin dari Palestina, dan Syekh Subakir dari Persia. Sebelum ke tanah Jawa, umumnya mereka singgah dulu di Pasai. Adalah Sultan Zainal Abidin Bahiyan Syah penguasa Samudra Pasai antara tahun 1349-1406 M yang mengantar Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq ke Tanah Jawa .
Pada periode berikutnya, antara tahun 1421-1436 M datang tiga da’i ulama ke Jawa menggantikan da’i yang wafat. Mereka adalah Sayyid Ali Rahmatullah putra Syaikh Ibrahim dari Samarkand (yang dikenal dengan Ibrahim Asmarakandi) dari ibu Putri Raja Campa-Kamboja (Sunan Ampel), Sayyid Ja’far Shadiq dari Palestina (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestina cucu Raja Siliwangi Pajajaran (Sunan Gunung Jati) .
Mulai tahun 1463M makin banyak da’i ulama keturunan Jawa yang menggantikan da’i yang wafat atau pindah tugas. Mereka adalah Raden Paku (Sunan Giri) putra Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, Raja Blambangan; Raden Said (Sunan Kalijaga) putra Adipati Wilatikta Bupati Tuban; Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang); dan Raden Qasim Dua (Sunan Drajad) putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putri Prabu Kertabumi Raja Majapahit .
Banyaknya gelar Raden yang berasal dari kata Rahadian yang berarti Tuanku di kalangan para wali, menunjukkan bahwa dakwah Islam sudah terbina dengan subur di kalangan elit penguasa Kerajaan Majapahit. Sehingga terbentuknya sebuah kesultanan tinggal tunggu waktu .
Hubungan tersebut juga nampak antara Aceh dengan Khilafah Utsmaniyah. Bernard Lewis menyebutkan bahwa pada tahun 1563M, penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istambul untuk meminta bantuan melawan Portugis sambil meyakinkan bahwa sejumlah raja di kawasan tersebut telah bersedia masuk agama Islam jika kekhalifahan Utsmaniyah mau menolong mereka .
Saat itu kekhalifahan Utsmaniyah sedang disibukkan dengan berbagai masalah yang mendesak, yaitu pengepungan Malta dan Szigetvar di Hungaria, dan kematian Sultan Sulaiman Agung. Setelah tertunda selama dua bulan, mereka akhirnya membentuk sebuah armada yang terdiri dari 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya yang mengangkut persenjataan dan persediaan untuk membantu masyarakat Aceh yang terkepung .
Namun, sebagian besar kapal tersebut tidak pernah tiba di Aceh. Banyak dari kapal-kapal tersebut dialihkan untuk tugas yang lebih mendesak yaitu memulihkan dan memperluas kekuasaan Utsmaniyah di Yaman. Ada satu atau dua kapal yang tiba di Aceh. Kapal-kapal tersebut selain membawa pembuat senjata, penembak, dan teknisi juga membawa senjata dan peralatan perang lainnya, yang langsung digunakan oleh penguasa setempat untuk mengusir Portugis. Peristiwa ini dapat diketahui dalam berbagai arsip dokumen negara Turki .
Hubungan ini nampak pula dalam penganugerahan gelar-gelar kehormatan diantaranya Abdul Qadir dari Kesultanan Banten misalnya, tahun 1048 H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Mekkah saat itu. Demikian pula Pangeran Rangsang dari Kesultanan Mataram memperoleh gelar Sultan dari Syarif Mekah tahun 1051 H (1641 M ) dengan gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. Pada tahun 1638 M, sultan Abdul Kadir Banten berhasil mengirim utusan membawa misi menghadap syarif Zaid di Mekah .
Hasil misi ke Mekah ini sangat sukses, sehingga dapat dikatakan kesultanan Banten sejak awal memang meganggap dirinya sebagai kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul. Sultan Ageng Tirtayasa mendapat gelar sultan dari Syarif mekah .
Hubungan erat ini nampak juga dalam bantuan militer yang diberikan oleh Khilafah Islamiyah. Dalam Bustanus Salatin karangan Nuruddin ar-Raniri disebutkan bahwa kesultanan Aceh telah menerima bantuan militer berupa senjata disertai instruktur yang mengajari cara pemakaiannya dari Khilafah Turki Utsmani (1300-1922)
Bernard Lewis (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 1563 penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan melawan Portugis. Dikirimlah 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya pengangkut persenjataan dan persediaan; sekalipun hanya satu atau dua kapal yang tiba di Aceh
Tahun 1652 kesultanan Aceh mengirim utusan ke Khilafah Turki Utsmani untuk meminta bantuan meriam. Khilafah Turki Utsmani mengirim 500 orang pasukan orang Turki beserta sejumlah besar alat tembak (meriam) dan amunisi. Tahun 1567, Sultan Salim II mengirim sebuah armada ke Sumatera, meski armada itu lalu dialihkan ke Yaman. Bahkan Snouck Hourgroye menyatakan, “Di Kota Makkah inilah terletak jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap detik selalu memompakan darah segar8 ke seluruh penduduk Muslimin di Indonesia.” Bahkan pada akhir abad 20, Konsul Turki di Batavia membagi-bagikan al-Quran atas nama Sultan Turki.
Di Istambul juga dicetak tafsir al-Quran berbahasa melayu karangan Abdur Rauf Sinkili yang pada halaman depannya tertera “dicetak oleh Sultan Turki, raja seluruh orang Islam”. Sultan Turki juga memberikan beasiswa kepada empat orang anak keturunan Arab di Batavia untuk bersekolah di Turki
Pada masa itu, yang disebut-sebut Sultan Turki tidak lain adalah Khalifah, pemimpin Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Selain itu, Snouck Hurgrounye sebagaimana dikutip oleh Deliar Noer mengungkapkan bahwa rakyat kebanyakan pada umumnya di Indonesia, terutama mereka yang tinggal di pelosok-pelosok yang jauh di penjuru tanah air, melihat stambol (Istambul, kedudukan Khalifah Usmaniyah) masih senantiasa sebagai kedudukan seorang raja semua orang mukmin yang kekuasaannya mungkin agaknya untuk sementara berkurang oleh adanya kekuasaan orang-orang kafir, tetapi masih dan tetap [dipandang] sebagai raja dari segala raja di dunia. Mereka juga berpikir bahwa “sultan-sultan yang belum beragama mesti tunduk dan memberikan penghormatannya kepada khalifah.” Demikianlah, dapat dikatakan bahwa Islam berkembang di Indonesia dengan adanya hubungan dengan Khilafah Turki Utsmani
Dengan demikian, keterkaitan Nusantara sebagai bagian dari Khilafah, baik saat Khilafah Abbasiyah Mesir dan Khilafah Utsmaniyah telah nampak jelas pada pengangkatan Meurah Silu menjadi Sultan Malikussaleh di Kesultanan Samudra-Pasai Darussalam oleh Utusan Syarif Mekkah, dan pengangkatan Sultan Abdul Kadir dari Kesultanan Banten dan Sultan Agung dari Kesultanan Mataram oleh Syarif Mekkah
Dengan mengacu pada format sistem kehilafahan saat itu, Syarif Mekkah adalah Gubernur (wali) pada masa Khilafah Abbasiyah dan Khilafah Utsmaniyah untuk kawasan Hijaz. Jadi, wali yang berkedudukan di Mekkah bukan semata penganugerahan gelar melainkan pengukuhannya sebagai sultan. Sebab, sultan artinya penguasa. Karenanya, penganugerahan gelar sultan oleh wali lebih merupakan pengukuhan sebagai penguasa Islam. Sementara itu, kelihatan Aceh memiliki hubungan langsung dengan pusat khilafah Utsmaniyah di Turki.
Silsilah Wali Songo |
Kesimpulan
Jumlah dai yang diutus ini tidak hanya sembilan (Songo). Bahkan ada 6 angkatan yang dikirimkan, masing-masing jumlanya sekitar sembilan orang. (Versi lain mengatakan 7 bahkan 10 angkatan karena dilanjutkan oleh anak / keturunannya)
Para Wali ini datang dimulai dari Maulana Malik Ibrahim, asli Turki. Beliau ini ahli politik & irigasi, wafat di Gresik.
– Maulana Malik Ibrahim ini menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.
– Seangkatan dengan beliau ada 2 wali dari Palestina yg berdakwah di Banten; salah satunya Maulana Hasanudin, beliau kakek Sultan Ageng Tirtayasa.
– Juga Sultan Aliyudin, beliau dari Palestina dan tinggal di Banten. Jadi masyarakat Banten punya hubungan darah & ideologi dg Palestina.
– Juga Syaikh Ja’far Shadiq & Syarif Hidayatullah; dikenal disini sebagai Sunan Kudus & Sunan Gunung Jati; mereka berdua dari Palestina.
– Maka jangan heran, Sunan Kudus mendirikan Kota dengan nama Kudus, mengambil nama Al-Quds (Jerusalem) & Masjid al-Aqsha di dalamnya.
(Sumber Muhammad Jazir, seorang budayawan & sejarawan Jawa , Pak Muhammad Jazir ini juga penasehat Sultan Hamengkubuwono X).
Adapun menurut Berita yang tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghribi.
Sultan Muhammad I itu membentuk tim beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa dimulai pada tahun 1404. Tim tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari Turki.
Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 M/808 H. Terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli ruqyah.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli ruqyah.
Wali Songo Angkatan ke-2, tahun 1436 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina
8. Maulana ‘Aliyuddin, asal Palestina
9. Syekh Subakir, asal Persia Iran.
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina
8. Maulana ‘Aliyuddin, asal Palestina
9. Syekh Subakir, asal Persia Iran.
Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 M, terdiri dari:
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-4,1473 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-5,1478 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatimu
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatimu
Wali Songo Angkatan ke-6,1479 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Tembayat, asal Pandanarang
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Tembayat, asal Pandanarang
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
(Sourch : Arrahmah)
Me at Bukit Moko, Bandung |
Assalamu'alaikum wr wb.
Perkenalkan Nama Asli ane adalah Fuad Saiful Anwar, terus kalo Afouad Al-musawa itu siapa? Ok ane Jelasin gan, 'Afouad' itu berasal dari Afuad cuman biar kaya logat2 English gitu :D (lebay) aslinya tetep Fuad, cuman waktu msih SMP ada sepupu pnggilnya Afuad, terus ada Temen baru bilang biar simple pnggilnya 'Afu' aja y? katanya. Jadilah My Nickname sampe skrg AFU hehe.. (oh aja dah).
Sekarang Al-musawa
nya, berawal semenjak mondok di pesantren ane jd mau bgt nama ane di
embel-embelin sama nama yg berawalan AL biar kaya orang2 Arab gitu :D
(lebay lagi) tapi yg bagus dan punya arti tersendiri, setelah nyari2
nyoba2 itu ini, akhirnya ane nemuin satu nama yg ane rasa nyaman bagus
dan punya makna trsendiri (ciee apa tuh), nama itu adalah AL-MUSAWA!
(jreng!) yg ane ambil dari nama Kakek seorang Habib, kebetulan nama
awalnya sama yaitu 'Fuad' beliau adalah "Habib Munzir bin Muhammad bin Fuad Al-musawa"
(Alm.) semua psti sdh tau kan sma Beliau? Ya Beliau adalah Ulama Besar
dan pencetus Majelis Rasulullah. namun beliau kini tlah Wafat..
(Allahummaghfirlahu, Al faatihah). pada intinya ane ngalap berkah gan.
(aamiin).
Nah itulah sdikit pemaparan soal *kontroversi Nama ane :D (oh aja dah).
Ane
terlahir dari keluarga yg sederhana, di sebuah kampung yg smpe skrg
msih sja Kampung :D di ujung sebelah selatan Tasikmalaya, Jabar.
Sekolah
mulai dari TK di Magetan Jatim, SD - SMK di Tasikmalaya tapi waktu SMK
ane sambil Nyantri, tinggal dipondok. Karna SMK ny dibawah naungan
Yayasan Pondok Pesantren (Pesantren is the beautifull place and
memories). SMK Nangkaleah nama sekolahnya dan PP Nurul Huda
Al-hasanah nama Pesantrennya, terletak di daerah Kec. Padakembang Ds.
Cilampunghilir Kab. Tasikmalaya. (Yg mau masuk bisa kontak ane :D)
Kuliahnya gimana?.. sampe saat ini belum dilanjut gan, terbelit masalah biaya dan otak :D (ppfffttt..)
Pernah
juga tinggal di PP Al-quran Al-amin Taringgul, kalo itu Pesantren yg
disepuhi sma Uwa, bhs Mandarinnya OM hehe, sama lokasinya di Kec.
Padakembang cuman beda Desa saja.
Ah sudahlah.. :D Masih panjang sebetulnya, segini juga udah kepanjangan, ditambahin lagi dikira curhat hehe (emang :D)
Eh lagian di menu 'Tentang Saya' juga udah ada ni profil! Gpp lah biar greget :D (Bajiruttt).
Logo Eiger |
Bagi pecinta alam, tentu tak asing dengan nama Eiger. Sebuah produk peralatan outdor dan tas yang banyak digemari pecinta alam maupun anak muda karena kualitas dan ketahanannya. Meski namanya Eiger, merek ini merupakan merek asli Indonesia. Eiger didirikan oleh Ronny Lukito seorang pengusaha tas yang lahir pada tanggal 15 Januari 1962 di Bandung, Ronny Lukito adalah anak ketiga dari enam bersaudara. Ia satu-satunya anak laki-laki yang lainnya adalah perempuan dalam keluarga pasangan Lukman Lukito – Kumiasih.
Ronny berdarah campuran Buton, Sumatera dan Jakarta itu mempunyai orang tua yang menyambung hidup dengan cara berjualan tas. Ronny Lukito adalah seorang anak dari keluarga yang memprihatinkan. Orangtuanya bukanlah dari kaum berada. Di masa remajanya Ronny tinggal di Bandung. Dia adalah sebuah sosok pemuda yang rajin dan tekun, dia bukan seorang lulusan perguruan tinggi negeri ataupun perguruan tinggi swasta favorit, dia hanyalah seorang lulusan STM (Sekolah Teknologi Menengah).
Ronny berdarah campuran Buton, Sumatera dan Jakarta itu mempunyai orang tua yang menyambung hidup dengan cara berjualan tas. Ronny Lukito adalah seorang anak dari keluarga yang memprihatinkan. Orangtuanya bukanlah dari kaum berada. Di masa remajanya Ronny tinggal di Bandung. Dia adalah sebuah sosok pemuda yang rajin dan tekun, dia bukan seorang lulusan perguruan tinggi negeri ataupun perguruan tinggi swasta favorit, dia hanyalah seorang lulusan STM (Sekolah Teknologi Menengah).
Hidup ditengah keluarga yang pas-pasan, tidak membuat Ronny menyerah pada keadaan. Orang tuanya yang memiliki toko kecil khusus menjual tas, membuat Ronny terbiasa melihat secara langsung proses produksi sebuah tas. Bahkan Ia beserta saudaranya sering terjun langsung membantu orangtuanya dalam menjalankan bisnis tersebut. Dari mulai proses packing tas, merapikan tas-tas yang di display, serta menjadi kasir ketika ada pembeli yang membayar. Pengalaman itulah yang menjadi langkah awal Ronny untuk membuka Peluang bisnis tas, mengikuti jejak kedua orang tuanya. Saat masih remaja sebenarnya Ronny tak berpikiran untuk menjadi pengusaha. Ayahnya pun tak pernah mengarahkan Ronny agar menjadi pengusaha. Namun setamat STM, ia harus berpikir realistis dalam melihat perekonomian keluarga. Ia kan memprioritaskan membantu orangtuanya jualan di toko.
Sejak tahun 1976, ketika Ronny duduk di bangku STM, toko ayahnya tersebut mulai menjual tas hasil karya sendiri. Saat itu merek tas produknya bernama Butterfly. Nama ini diambil dari merek mesin jahit buatan China yang mereka pakai. Ronny sendiri membantu membeli bahan ke toko tertentu atau mengantarkan barang dagangan ke pelanggan mereka. Malahan, sebelum berangkat sekolah, Ronny jualan susu. Setelah pulang sekolah, Ronny kerja di bengkel motor sebagai montir. Jiwa entrepreneur yang dimilikinya sejak duduk dibangku sekolah, membuat lelaki kelahiran Bandung ini mudah menyerap ilmu dari ayahnya. Tak lama setelah bekerja di toko milik sang ayah, Ia pun memulai peluang bisnis pembuatan tas sendiri.
Ronny Lukito CEO Eiger |
Pabrik Eiger Indonesia
Tahun 1979, Ronny ingin kuliah, seperti impiannya selama ini. Namun dia melihat bahwa orangtuanya tidak sanggup membiayai dirinya kuliah. Oleh sebab itu, dia membantu perekonomian keluarga. Ronny mulai mengembangkan bisnis tersebut. dia mulai memasukkan tasnya ke Matahari. Meski hanya mendapatkan order sedikit Ronny kembangkan usahanya terus menerus. Dengan modal kurang dari satu juta rupiah, Ronny membeli dua mesin jahit, peralatan jahit, dan sedikit bahan baku pembuatan tas. Dibantu dengan satu orang pegawai bernama Mang Uwon, Ronny memproduksi tas. sekitar tahun 83-84 Ronny berkeinginan memasukkan produk ke Matahari, saat di awal awal mengajukan sebagai pemasok itu, Ronny ditolak terus oleh bagian pembelian, baru sampai mengajukan ke 13, permohonan ronny memasukkan Produk tasnya diterima, saat itu pun, nilai tas yang dijual tidak sampai 300 ribu.
Ronny terjun sendiri ke daerah-daerah untuk mencari mitra-mitra pengecer baru guna membuka pasar baru. Ia rajin keliling daerah. Dia membuang kemalasan dan sadar bahwa masa depannya ditentukan pada momen itu. Dia berangkat ke kota-kota lain untuk mempromosikan dan membangun jaringan pemasaran. Walaupun masih dalam tahap awal memulai usaha, ia merasa tidak begitu menguasai pengetahuan dunia usaha dan pemasaran sehingga ia putuskan untuk menggunakan jasa seorang konsultan. Ronny banyak belajar secara privat mengenai pengetahuan manajemen dan juga mengambil kursus manajemen keuangan. Bila ada seminar atau kursus yang menurutnya bagus, Ronny juga berusaha untuk menghadirinya. Membaca buku-buku yang relevan untuk pengembangan diri juga terus dilakukan.
Mulai berkembang
Pada tahun 1984, akhirnya Ronny membeli rumah tambahan seluas 600m2 untuk menambah ruang produksinya. 2 tahun kemudian tahun 1986 Ronny membeli tanah seluas 6000m2 untuk menambah lagi ruang produksi. Setelah menikah tahun 1986, dia merekrut marketing professional. Dengan perjuangan yang gigih dan tak mengenal lelah, dia mengetahui peluang pasar karena dia tahu persis luar dalam bisnis tas ini termasuk hal-hal di lapangan, dia tahu kendala apa saja dan lika liku di lapangan. Akhirnya cita-cita Ronny untuk menjadi pemain terbesar di dalam bisnis tas
tercapai. Mulai dari Matahari, Ramayana, Gunung Agung, Gramedia, dan dept. store besar lainnya menjual produk Ronny seperti Eiger, Export atau Bodypack. Kalangan praktisi bisnis tas pasti tahu bahwa kini B&B Inc. milik Ronny merupakan salah satu perusahaan nasional terbesar. Tak berhenti di situ, sekarang perusahaan Ronny juga sudah memproduksi jenis lain seperti dompet, sarung handphone, dan berbagai jenis produk lain. Salah satu kebiasaan Ronny yang baik adalah kemauannya untuk belajar dan mengembangkan diri. Ia tak merasa malu atau gengsi untuk bertanya bila memang ia tidak tahu. Dengan cara inilah dia bisa berkembang dan sukses sampai sekarang.
Eiger pertama kali diproduksi pada tahun 1993. Nama Eiger sendiri diambil dari nama Gunung Eiger di Swiss dan dicetuskan oleh pemilik Eiger, Ronny Lukito. Eiger ditujukan untuk peralatan kegiatan outdoor, seperti mendaki gunung, kemah, panjat tebing dan aktifitas lainnya yang masih menyangkut masalah kegiatan luar. Ketekunan dan kerja kerasnya dalam menjalankan usaha, mengantarkan lelaki lulusan STM ini menjadi pengusaha sukses yang luar biasa. Terbukti bukan hanya berhasil membawa tas merek exsport hingga mancanegara, namun kini dibawah naungan B&B Inc. Ronny berhasil membawahi empat anak perusahaan besar antara lain PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI), PT. Eigerindo MPI, PT. EMPI Senajaya dan CV Persada Abadi. Sederet merek tas ternekal pun, menjadi bukti nyata keberhasilan Ronny Lukito dalam menguasai pasar tas baik lokal maupun internasional. Membidik berbagai segmen pasar, Ronny pun mengembangkan sayapnya dengan memasarkan merek Eiger, Exsport, Neosack, Bodypack, Nordwand, Morphosa, World Series, Extrem, Vertic, Domus Danica serta Broklyn. Tak berhenti di situ, sekarang perusahaan Ronny juga sudah memproduksi jenis lain seperti dompet, sarung handphone, dan berbagai jenis produk lain. Salah satu kebiasaan Ronny yang baik adalah kemauannya untuk belajar dan mengembangkan diri. Ia tak merasa malu atau gengsi untuk bertanya bila memang ia tidak tahu. Dengan cara inilah dia bisa berkembang dan sukses sampai sekarang.
Berikut adalah merek usaha lain dari Ronny Lukito :
Exsport
Dengan melihat perkembangan tersebut perusahaan ini mulai membangun tempat produksi yang lebih luas di wilayah Kopo Bandung dengan areal 6.000 meter persegi serta diluncurkannya tas dengan mrek Exxon. Kemudian Ronny Lukito baru mengetahui bahwa kalau nama ini identik dengan nama perusahaan minyak Exxon Mobil Corporation, maka tak lama kemudian nama tersebut diganti dengan Exsport yang merupakan penggalan dari kata Export dan Sport. Pasaran Exsport ditujukan untuk anak muda khususnya remaja putri, dengan ciri warna dan desain yang khas.
Bodypack
Bodypack adalah produk desain yang difokuskan untuk menunjang aktivitas keseharian dunia modern yang tidak terlepas dari dunia teknologi digital di kalangan muda atau yang berjiwa muda. Baik ke kampus atau ke kantor dengan membawa laptop atau gadget lain yang sudah merupakan bagian dalam kesehariannya, melakukan perjalanan bisnis ke luar kota atau manca negara atau menyalurkan hobi memotret, Bodypack senantiasa terdepan di dalam memadukan kebutuhan konsumen secara spesifik dengan design style terkini yang semakin digemari oleh masyarakat luas. Bodypack: Digital Life Style!
Neosack
Neosack lebih ditujukan untuk tas perlengkapan sekolah untuk target remaja SLTP dan SMU.
XTREME
Xtreme adalah produk yang ditujukan untuk memenuhi kebutukan pengendara motor khsusnya pria, mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dengan tagline “The Ultimate Riding Gear”, produk-produk Xtreme dibuat sesuai fungsi dan kebutuhan pengendara motor. tas XTREME sendiri memiliki disain Macho dan melambangkan ketangguhan pemakainya.
Nordwand
Senada dengan produk Eiger, Nordwand adalah produk yang ditargetkan untuk para petualang, dengan harga yang setingkat dibawah produk Eiger. Setiap tahun, perusahaan ini memproduksi 2.500.000 tas dengan 8.000 desain yang berbeda, yang mereka harapkan akan merajai pasaran. Dengan dikeluarkannya bermacam-macam merk dengan fungsi dan nama yang lebih spesifik, diharapkan produk mereka tidak saling memakan dipasaran antara produk yang satu dengan yang lainnya. Maka tas yang dipakai untuk kegiatan naik gunung tentu akan berbeda pula. Model-model yang sedang tren di blantika mode internasional menjadi acuan perusahaan ini dalam mengeluarkan produk terbaru. Dengan dukungan para desainer jebolan dari berbagai macam universitas seperti diantaranya, ITB maupun Universitas Trisakti. Perusahaan ini setiap bulan setidaknya mampu mengeluarkan 40 model tas dan produk lainnya. (bn/dari berbagai sumber)
Sumber :
– http://blogwallen.com/
– http://id.wikipedia.org/wiki/Ronny_Lukito
– http://blogwallen.com/
– http://id.wikipedia.org/wiki/Ronny_Lukito
– http://www.ciputraentrepreneurship.com/entrepreneur/nasional/wanita/2997.html
– http://www.jawaban.com/index.php/health/detail/id/83/news/100625104907/limit/0
– http://peluangusahamakmur.blogspot.com/2012/06/pemuda-bandung-ini-menjadikan-exsport.html
– http://www.jawaban.com/index.php/health/detail/id/83/news/100625104907/limit/0
– http://peluangusahamakmur.blogspot.com/2012/06/pemuda-bandung-ini-menjadikan-exsport.html
'Bilal' Robot Pintar Pengajar Shalat |
Di zaman yang sudah serba modern ini ternyata tak membuat segala hal menjadi bisa dikerjakan, salah satunya mungkin dalam keluarga, Orang tua terkadang luput memperhatikan perkembangan Anaknya dalam bidang Keagamaan, padahal perihal spiritual adalah vital. Salah satunya seringkali sebagian Orangtua luput mengajarkan Shalat pada Anaknya.
Bergegas dari itu, Perusahaan Connecticut As-Siraat Enterprises (ASE) Membuat Robot pintar bernama 'Bilal' yang dapat mengajarkan atau melakukan gerakan-gerakan Shalat dan kata-kata dalam bahasa Inggris dan Arab kepada Anak-anak.
"Perhatian terbesar Orangtua Muslim di seluruh dunia adalah memberikan pendidikan, latihan, dan antusiasme agama yang cukup untuk anak-anak mereka." Demikian kutipan dari bilalrobot.com, senin 23 Maret 2015.
ASE juga beranggapan bahwa pengajaran tradisional tak lagi menarik minat anak-anak, Di zaman modern seperti sekarang ini, sedikit mungkin yang masih minat dengan metode itu. Untuk menghadirkan hal baru, "Bilal hadir untuk memastikan anak-anak tertarik dan terhibur, sekaligus terdidik secara religi," kata mereka.
Robot ini memang unik dengan kemampuannya yang bisa memperagakan gerakan shalat, mulai dari takbiratul ihram, ruku', sujud dan tasyahud. Juga mampu mengajar matematika, alfabet, frasa dan bahasa Arab. Sungguh menjadi gebrakan yang kreatif memang, mengingat saat ini banyak teknologi-teknologi canggih yang mengalihkan perhatian anak-anak ke dunia hiburan belaka daripada sisi pendidikannya.
Proyek ini dimotori langsung oleh ASE, Nimer Mohammad Ead. Untuk mewujudkan Robot Bilal ini, ASE membutuhkan dana yang tak kecil, berdasarkan pantauan, hingga kini proyek tersebut telah mengantongi dana sekitar 814 Dollar AS atau setara dengan Rp. 10 juta. Angka ini masih terpaut jauh dari target yang dipatok sebesar 560.000 Dollar AS setara dengan Rp. 7 Milyar.
Menurut kabar, untuk sementara ini robot Bilal baru bisa dipesan di Amerika Serikat. Belum ada kabar yang jelas kapan Robot ini akan berekspansi ke pasar yang lebih luas.
Sumber : KickStarter, tekno.kompas, dream.
Editor : Fuad Almusawa
Bripda Nina |
Image Polisi saat ini sedang buruk, kacau. Selain calon Kapolri yang berstatus Tersangka Korupsi juga terjadi lagi keregangan antara Polri dan TNI dikarenakan kasus penangkapan Wakil ketua KPK hari-hari lalu. Ditambah dengan aksi sebagian Polisi yang melakukan tilang liar yang sudah menjadi rahasia umum di Masyarakat. Tapi, ditengah-tengah berbagai macam image buruk terhadap Polisi ini, tiba-tiba Netizen dihebohkan dengan foto seorang Polisi (Brimob) wanita berpangkat Bripda asal Aceh yang cantik dan berhijab.
Penasaran Siapa Dia? Baca terus artikelnya Gan.
Namanya adalah Nina Octaviana, sering dipanggil Bripda Nina, Dara cantik berhijab asal Aceh yang menjadi anggota Gegana Brimob Aceh sejak 7 bulan lalu. Baginya, berhijab tak menjadi halangan meskipun menjadi sebagian dari Aparat penegak hukum yang identik dengan bekerja keras dilapangan, malah menjadikan Dia merasa lebih rapi dengan hijab.
"Sama sekali gak ribet dan gak mengganggu, malahan dengan pake hijab saat tugas terlihat lebih rapi", kata Bripda Nina, dikutip dari Detik.
Jum'at 30 Januari 2015, Bripda Nina bersama Anggota Brimob Pria lainnya mengikuti latihan bersama dengan Prajurit Rider112 Iskandar Muda. Bripda Nina satu-satunya Anggota Perempuan yang ikut dalam latihan antiteror ini.
Walau belum pernah terjun langsung ke lapangan, Namun Bripda Nina mengaku sangat bangga bisa mengikuti latihan yang lumayan menantang ini, baginya seperti perlawan teror (Wanteror). Kemampuan yang hanya dimiliki oleh Pasukan Brimob saja.
"Ilmu Wanteror itu sangat menarik dan menantang bagi Saya karena tidak didapat di Polisi umum", jelas Nina.
Memakai seragam serba hitam pekat menutup wajah hingga helm baja, Brimob wanita asalh Aceh itu tampak anggun dan gagah diantara sejumlah Prajurit Pria saat berlatih. Senapan berjenis Steyr AUG ditentengnya, Dilengan bajunya terpampang lambang Korps Brimob.
Nina memilih jadi Pasukan Brimob sejak Juli 2014 lalu setelah mengikuti Sekolah Polisi Wanita (Polwan) pada tahun 2013. Di Brimob, Dia bergabung dengan Gegana, Pasukan khusus antiteror dan penjinakan Bom.
Jadi Pasukan Brimob memang harus berhadapan dengan teror-teror besar, seperti ancaman Bom. Meski begitu, Orang Tua Nina tetap mendukung profesi anaknya itu yang terbilang sangat menantang, apalagi bagi seorang Wanita.
"Orang Tua sih mendukung aja. Terserah pada Saya, kalau Saya nyaman dengan pekerjaan Saya, Orang Tua mendukung", ungkap Bripda Nina dengan tersenyum.
Semoga tak ada lagi larangan-larangan berhijab bagi para Wanita yang ingin berperan dalam menegakkan hukum dan menjaga kedaulatan Negeri ini.