Al Habib Bahar Bin Ali Bin Smith |
Pelukis mana yang sangggup melukismu?
Bahkan seorang Davinci pun tak bisa mensifatimu di atas kanvasnya
Penyair mana yang sanggup memujimu?
Maha indahmu melukai mulut Jalaludin Rumi sehingga kau tak bisa dipujanya.
Tidakkah kau tau?
Tidakkah kau tau?
Dan kaulah satu-satunya syarat dia melupakan Laila.
Matahari menyembunyikan sinarnya ketika mengintipmu di balik langit merah
Matahari menyembunyikan sinarnya ketika mengintipmu di balik langit merah
Sungguh dari setiap senyumanmu melahirkan Bidadari-bidadari di Syurga
Malaikat tak tau seumpama apa yg dapat mengibaratkanmu.
Andaikan Raja-raja dari ufuk timur sampai barat melihatmu, maka mereka akan melepas mahkota nya dan merangkak bersujud di hadapanmu
Andaikan Raja-raja dari ufuk timur sampai barat melihatmu, maka mereka akan melepas mahkota nya dan merangkak bersujud di hadapanmu
Karena pandangan mata itulah yang memanah gerhana sehingga terluka.
Sufi 'kan berharap memiliki dua hati, yang satu cintanya kepada Tuhannya dan satunya kepadamu
Sufi 'kan berharap memiliki dua hati, yang satu cintanya kepada Tuhannya dan satunya kepadamu
Alam semesta mengalah padahal belum bertarung denganmu
Sang faqih akan berfikir seribu tahun untuk menghukumi mu sebagai manusia atau apa?
Karena kalau manusia, kenapa sang Tuhan merayumu?
Sang faqih tak bisa berfatwa tentangmu.
Selama ini nafsuku selalu menjadi raja bagi diri ku, namun ketika ku melihatmu, nafsuku berbisik kepada ku kalau dia bersedia sebagai budak mu
Selama ini nafsuku selalu menjadi raja bagi diri ku, namun ketika ku melihatmu, nafsuku berbisik kepada ku kalau dia bersedia sebagai budak mu
Aku heran, aku memujamu dengan sya'irku ini
Padahal aku baru melihat bayanganmu
Maka apa yang bisa ku sya'irkan jikalau aku melihat wujudmu?
Al Habib Bahar Bin Ali Bin Smith |
Jikalau kau ingin tau rahasia seni penyair, maka lihatlah kedalam hati mereka.
Di tempat yang terdalam itu kan kau dapati luka yang masih berdarah, luka itulah yang merayu sang tangan untuk mengukir bahasa derita untuk mewakili nya.
Bahasa-bahasa langitnya tumpah ke bibirnya, karena hati yang tak kuasa menampung telah penuh dengan darah.
Penyair hanya tersenyum berhadapan dengan singa, namun Penyair tunduk dengan luka. Karena luka itu adalah tariqat cinta.
Katakan kepada ku, apakah kau tidak lelah ketika memanjat bukit yg tinggi demi menikmati keindahan puncaknya?
Apakah kau tidak basah untuk menyelami laut demi mutiara yang indah?
Maka luka itulah jalan penyair untuk menikmati cinta.
Terkadang kau harus meneguk racun untuk menambah kenikmatan cinta.
Asalnya gahru menjadi wangi karena gahru bercumbu dengan sang bara.
Madu yang manis pun berasal dari bunga yang terluka, sebab sang lebah menghisap sari nya.
Rasa sakit lah yang mengenalkan majnun kepada Tuhan nya.
Apakah kau lupa, kalau penjaralah yang menjadi syarat Yusuf bermahkota.
Bagi penyair, luka itu ibarat wudhu dan cinta adalah sholat nya.