Taken at Mt. Galunggung |
Kehidupan kita di dunia ini adalah perjalanan, perjalanan mencari arti dan tujuan hidup itu sendiri. Kita memulainya dari mengatur rencana dan mempersiapkan bekal dalam perjalanan, perjalanan yang juga akan menjumpai sebuah persimpangan, ada jalan menuju ridho Allah ada yang menuju murka Allah. Tinggal pilih saja, ke jalan mana akan kita langkahkan kaki ini, ridho-Nya kah atau murka-Nya? Petunjuknya adalah, bila kita memilih menuju ridho-Nya maka nikmat dan indah, sebaliknya jika murka-Nya maka laknat dan susah. Kurang lebih seperti itu, ya.. sesuai yang sudah kita mafhum. Bukankah begitu?
Umat yang berakal sehat pasti akan memilih arah yang finishnya menemui kenikmatan yaitu ridho Allah, sesuai apa yang Baginda Rasulullah SAW serukan. Shalawat salam baginya yang telah membimbing kita dengan cintanya menuju cinta Allah.
Dalam perjalanan tentu saja tak akan selalu mulus, pasti banyak halang rintang yang akan kita lalui. Namun jangan takut, karena itu adalah proses bagaimana cara kita memahaminya, sabar menghadapinya. Allah takkan membiarkan sia-sia hidup hambanya yang selalu berusaha dengan keyakinannya. Dan Rasulullah adalah contoh terbaik bagaimana beliau melewati segala rintangan dalam hidup yang sungguh berat, kehilangan orang-orang tercinta, hidup kekurangan. Terlebih, di masa itu adalah jaman yang amat kacau penuh akan kesesatan, jaman jahiliyah. Ya.. sedari kecil beliau menghadapi semua itu dengan sabar, dengan ikhlas, dengan keyakinan akan menatap pelangi indah seusai hujan lebat melanda.
Ada tiga perkara yang menjadi salah satu atau sebagian pegangan dan motivasi kita sebagai umatnya untuk menjalani hidup dalam bayang-bayang fatamorgana ini, tiga poin yang saya ambil dari kitab suci Al-Quran surah Ad-dluha, yang mana ini adalah apa yang melekat pada diri Rasulullah SAW:
1. ﴾أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ ﴿٦
"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu ?"
Rasulullah SAW adalah seorang yang yatim semenjak masih dalam kandungan ibunya, Sayuidah Aminah. Kemudian menjadi yatim-piatu saat usia beliau 6 tahun. Sungguh cobaan yang berat.
2. ﴾وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ ﴿٧
"Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk (hidayah)."
Rasulullah tak bisa membaca dan menulis, namun Allah berikan hidayah. Maka pada saat Allah turunkan wahyu pertama (surah Al-'alaq) kepada beliau melalui malaikat Jibril dengan berkata: "Bacalah!" dan Rasul menjawab "Aku tak bisa membaca". Maka bergemetarlah beliau.
3. ﴾وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ ﴿٨
"Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan."
Dalam hidupnya, Baginda Rasul adalah manusia yang fakir namun Allah beri kekayaan/kecukupan. Namun apakah beliau berfoya-foya dengan kecukupan itu? Tidak! Rasulullah selalu mengesankan dirinya sebagai orang fakir dengan gaya hidup yang sederhana.
Itulah sedikit coretan yang ingin saya bagi.
Oh ya, tentang Rasulullah yang tak bisa membaca dan menulis, itu tetap tidak mengurangi beliau sebagai manusia sempurna ciptaan Allah. Ada hikmah besar dibalik beliau yang tak bisa baca tulis, hikmah dari tidak bisa membaca maupun menulis itu ialah menghilangkan tuduhan orang-orang kafir terhadap Rasulullah saw bahwa Al Qur’an diambil dari orang lain, atau dinukil dari kitab-kitab sebelumnya.
وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
Artinya : ”Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; Andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).” (QS. Al Ankabut: 48)
Terimakasih, semoga bermanfaat.
Fuad Saiful Anwar
Jatihandap, Bandung.
Al-Aqsha & Kubah Al-Sakhrah (c: Owner) |
Di Rembang Senja Al-Aqsha
Oleh Nursalam AR
Di rembang senja Al Aqsha
Ada semburat jingga di langit
Ada semburat jingga di langit
Ada semburat sesak terhimpit
Di rembang senja Al Aqsha
Di rembang senja Al Aqsha
Ada gurat wajah sedih
Ada gemeretak gigi menahan pedih
Di rembang senja Al Aqsha
Di rembang senja Al Aqsha
Ada kisah pilu puluhan tahun
Ada luka borok menahun
Di rembang senja Al Aqsha
Di rembang senja Al Aqsha
‘Kuingin kita sholat Maghrib bersama
Dengan leluasa
Dengan merdeka
Tanpa mereka, Zionis durjana!
***
***
*) Puisi ini menyabet penghargaan Juara III dalam Lomba Puisi Al Aqsha yang diselenggarakan MP4Palestine dalam rangka Global March to Jerusalem (Juni 2012).
Al Habib Bahar Bin Ali Bin Smith |
Jikalau mereka memujimu dengan pujian-pujian langit
maka hamba ini hanya bisa rela terhina demimu
Jikalau mereka memandang wajah mu yg syahdu
Maka hamba ini akan menundukkan mata pendosa di hadapanmu
Jikalau mereka menghiasi jasadmu dengan intan permata
Maka hamba ini rela kulit nya menjadi pakaianmu
Jikalau mereka membahagiakanmu dengan harta
Maka hamba ini bersedia menukar nyawa dengan kebahagiaanmu
Jikalau mereka membanggakanmu dihadapan manusia
Maka hamba ini akan membanggakanmu di hadapan Tuhan
Jikalau mereka ingin menjadikanmu sebagai istri yg melayani mereka
Maka hamba ini rela menjadi budak yg melayanimu selama-lamanya
Untukmu, wahai yg tidak mencintai ku.